My Music

Senin, 06 Juli 2015

Taman Gunung Gede Pangrango

TAMAN GUNUNG GEDE PANGRANGO

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) adalah salah satu taman nasional yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan pada tahun 1980, taman nasional ini merupakan salah satu yang tertua diIndonesia. TN Gunung Gede Pangrango terutama didirikan untuk melindungi dan mengkonservasi ekosistem dan flora pegunungan yang cantik di Jawa Barat. Dengan luas 21.975 hektare, wilayahnya terutama mencakup dua puncak gunung Gede dan Pangrango beserta tutupan hutan pegunungan di sekelilingnya.
Kawasan Gunung Gede dan Gunung Pangrango sesungguhnya telah dikenal lama dalam dongeng dan legenda tanahSunda. Salah satunya, naskah perjalanan Bujangga Manik dari sekitar abad-13 telah menyebut-nyebut tempat bernamaPuncak dan Bukit Ageung (yakni, Gunung Gede) yang disebutnya sebagai "..hulu wano na Pakuan" (tempat yang tertinggi diPakuan). Agaknya, pada masa itu telah ada jalan kuno antara Bogor (d/h Pakuan) dengan Cianjur, yang melintasi lereng utara G. Gede di sekitar Cipanas sekarang.
Pada masa penjajahan Belanda wilayah yang subur ini kemudian tumbuh menjadi area pertanian, terutama perkebunan. Sedini tahun 1728 teh Jepang telah mulai ditanam, dan pada 1835 perkebunan teh ini telah dikembangkan di Ciawi dan Cikopo. Menyusul pada 1878 dikembangkan teh Assam, yang terlebih sukses lagi, sehingga mengubah lansekap dan perekonomian di seputar lereng Gede-Pangrango.
Kawasan Gede-Pangrango juga dikenal sebagai salah satu tempat favorit dan tertua, bagi penelitian-penelitian tentang alam di Indonesia. Menurut catatan modern, orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak Gede adalah Reinwardt, pendiri dan direktur pertama Kebun Raya Bogor, yang mendaki G. Gede pada April 1819. Ia meneliti dan menulis deskripsi vegetasidi bagian gunung yang lebih tinggi hingga ke puncak. Reinwardt sebetulnya juga menyebutkan, bahwa Horsfield telah mendaki gunung ini lebih dahulu daripadanya; akan tetapi catatan perjalanan Horsfield ini tidak dapat ditemukan.
Dua tahun kemudian, melalui sehelai surat yang dikirimkan dari Buitenzorg (sekarang Bogor) pada awal Agustus 1821, Kuhldan van Hasselt menyebutkan bahwa mereka baru saja menyelesaikan pendakian dan penelitian ke puncak Pangrango. Kedua peneliti muda itu menemukan banyak jejak dan jalur lintasan badak jawa di sana; bahkan mereka menggunakannya untuk memudahkan menembus hutan menuju puncak G. Pangrango. Delapan belas tahun kemudian Junghuhn mendaki ke puncak Pangrango pada bulan Maret 1839, dan juga ke puncak Gede dan wilayah sekitarnya pada bulan-bulan berikutnya, untuk mempelajari topografi, geologi, meteorologi, serta botani tetumbuhan di daerah ini. Sejak masa itu, tidak lagi terhitung banyaknya peneliti yang telah mengunjungi kawasan ini hingga sekarang, baik yang tinggal lama maupun yang sekedar singgah dalam kunjungan singkat.
Banyaknya peneliti yang berkunjung ke tempat ini tak bisa dilepaskan dari kekayaan dan keindahan alam di Gunung Gede-Pangrango, dan awalnya juga oleh keberadaan Kebun Raya Cibodas; yang semula --ketika dibangun pada 1830 olehTeijsman-- sebetulnya dimaksudkan sebagai kebun aklimatisasi bagi tanaman-tanaman yang potensial untuk dikembangkan dalam perkebunan. Kebun, yang kemudian dikembangkan menjadi kebun raya (lk. 1870), ini menyediakan tempat menginap yang cukup baik, sarana penelitian, serta catatan-catatan dan informasi dasar yang terus bertumbuh mengenai keadaan lingkungan dan hutan di sekitarnya. Pada tahun 1889, atas usulan Treub, sebidang hutan pegunungan seluas 240 hektare di atas kebun raya tersebut hingga ke wilayah sekitar Air Panas ditetapkan sebagai cagar alam oleh Pemerintah Hindia Belanda. Inilah cagar alam dan kawasan konservasi ragam hayati yang pertama didirikan di Indonesia. Belakangan, pada 1926, cagar alam ini diperluas hingga mencakup puncak-puncak gunung Gede dan Pangrango, dengan luas total 1.200 ha.

Bersama dengan meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya lingkungan hidup, pada tahun 1978 Pemerintah Indonesia menetapkan Cagar Alam (CA) Gunung Gede Pangrango seluas 14.000 ha, melingkup kedua puncak gunung beserta tutupan hutan di lereng-lerengnya. Kemudian pada 6 Maret 1980 cagar alam ini digabungkan dengan beberapa suaka alam yang berdekatan dan ditingkatkan statusnya menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango --satu dari lima taman nasionalyang pertama di Indonesia, dengan luas keseluruhan 15.196 ha. Dan akhirnya, melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang Penunjukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi terbatas pada Kelompok Hutan Gunung Gede Pangrango, kawasan TN Gunung Gede Pangrango memperoleh tambahan area seluas 7.655,03 ha dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, sehingga total luasannya kini menjadi 22.851,03 ha.

Ikan Tongkol Asam Pedas

IKAN TONGKOL ASAM PEDAS

Asam padeh atau asam pedas bisa dikata ikon masakan khas nusantara di bumi Sumatera. Cita rasa asam dan pedas membuatnya unik, membuat siapa saja yang mencobanya ketagihan. Masakan khas minangkabau dan melayu ini sungguh terkenal di Sumatera. Di Aceh, asam pedas lebih dikenal dengan sebutan “asam keueng”, sedang oleh masyarakat Gayo yang bermukim di Aceh Tengah lebih mengenal masakan ini dengan sebutan “masamjeng”.
Penyebaran seni memasak asam pedas bertumpu dari minangkabau hingga semenanjung melayu, mencari asal usul masakan unik ini sedikit sulit, sebab masing-masing daerah memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Di Aceh misalnya, wujud asam pedas tidak merah layaknya asam padeh khas minangkabau, meski rasa asam dan pedasnya sulit dibedakan.
Asam padeh khas Minangkabau selalu menggunakan tambahan sayur, seperti kentang dan kacang panjang. Asam padeh selera Minangkabau memiliki kuah warna kemerahan. Warna merah pada kuah tidak benar-benar sebanding dengan rasa pedas, mungkin lebih pedas atau mungkin sebaliknya, sebab warnanya memang khas seperti itu bukan sebagai patokan rasa pedas.
Sesuai dengan namanya yaitu padeh berarti pedas dan asam berarti asam, alhasil rasanya serupa kuah sayur asem namun agak pedas dengan tekstur kuah lebih kental. Rasa asamnya lebih kuat daripada sayur asem, sedang pedasnya akan memberikan nuansa segar pada lidah, sungguh nikmat.
Asam padeh menggunakan berbagai jenis ikan dan hidangan laut seperti ikan tongkol,  kakap, tuna, Ikan kembung, gurami, dan cumi- cumi sebagai bahan utama yang kemudian dibumbui dengan asam jawa, cabai, dan rempah-rempah lainnya.

Nilai Gizi
Asam padeh memiliki kandungan gizi yang sangat baik untuk anak-anak maupun dewasa. Manfaatnya sangat besar karena merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral. Keunggulan utama pada ikan adalah tingginya kadar protein dan asam amino esensial. Asam amino esensial adalah unit terkecil dari protein yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh manusia.
Protein sangat penting bagi perkembangan sel tubuh, pertumbuhan otak anak dan berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh. Protein yang terkandung dalam ikan merupakan 9 asam amino esensial super lengkap yang dibutuhkan manusia.
Selain protein, ikan mengandung kalsium, fosfor, lemak, dan zat besi. Lemak dalam ikan adalah jenis lemak baik yang mampu meningkatkan kadar kolesterol baik dalam tubuh serta berfungsi untuk menormalkan detak jantung sekaligus memperbaiki pembuluh arteri yang menyempit.
Agar lemak pada ikan mas tidak rusak sebaiknya dimasak dengan cara direbus daripada digoreng. Salah satunya dengan memasak ikan mas menjadi sayur asam padeh yang bercita rasa tinggi, cepat sekali dibuat, dan memiliki kandungan gizi yang super untuk tubuh.
Bahan
Ikan Tongkol, Asam Kandis/ Belimbing wuluh, Daun Kunyit, Daun Jeruk Purut, Air, Serai, Bawang Putih, Bawang Merah, Lengkuas (Laos), Kemiri, Kunyit.
Langkah Memasak

Pertama, Ikan tongkol dipotong sebesar 2 cm, lalu lumuri dengan air jeruk. Diamkan 15-20 menit. Kedua, haluskan bumbu-bumbu halus (Bawang merah, bawang putih, laos, kemiri, kunyit, cabai besar, kemiri). Ketiga, tumis bumbu halus sampai berubah warna, lalu masukan batang serai yang sudah dimemarkan, tambahkan air, lalu masukan daun jeruk dan daun kunyit. Rebus sampai mendidih. Keempat, Masukan ikan hingga semua terendam dalam kuah cabai. Masak dengan api kecil hingga air menyusut dan kuah agak mengental. Kelima, Masukan asam kandis dan garam secukupnya. Aduk sebentar dan angkat.