My Music

Rabu, 14 Oktober 2015

Fenomena Perpindahan Penduduk Dari Desa Menuju Kota-Kota Besar di Indonesia

(Individu, Keluarga, Dan Masyarakat)

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237.641.326 juta jiwa, menjadikan negara ini negara dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah sehingga diproyeksikan pada tahun 2015 penduduk Indonesia berjumlah 255 juta jiwa hingga mencapai 305 juta jiwa pada tahun 2035. Pulau Jawa merupakan salah satu daerah terpadat di Indonesia.
Timbulnya perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pendorong dari desa dan faktor penarik dari kota. Kota-kota yang menjadi tujuan para penduduk sebagian besar adalah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan dikarenakan kota-kota tersebut pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonominya sangat pesat. Selain itu, keempat kota tersebut juga merupakan empat kota terbesar di Indonesia. Besarnya pendatang di sekitar Kota Yogyakarta, Solo, dan Denpasar dikarenakan ketiga kota tersebut berfungsi sebagai kota pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata dalam skala internasional. Selain itu, sebagian besar ibukota provinsi di Indonesia juga menjadi lokasi yang cukup banyak dituju oleh para pendatang. Hal tersebut dikarenakan ibukota provinsi merupakan pusat dari  kegiatan pemerintahan, perekonomian, dan pelayanan jasa dalam skala provinsi.
Fenomena perpindahan penduduk yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia adalah kesalahan dari para perencana pembangunan yang lebih banyak mengonsentrasikan pembangunan ekonomi pada kawasan perkotaan daripada pengembangan sektor pertanian di pedesaan, dengan alasan pembangunan ekonomi perkotaan mampu memajukan perekonomian negara. Padahal, masyarakat di Indonesia masih bergantung pada sektor pertanian. Urbanisasi di Indonesia paling banyak terjadi setelah musim lebaran, dimana para pendatang yang mudik pada saat lebaran, mengajak sanak keluarga atau tetangganya di kampung halaman untuk ikut berhijrah ke kota besar. Selain itu, para pemudik biasanya menceritakan kehidupan di kota-kota besar. Ketika ke kampung halaman, para pemudik juga kerap membawa oleh-oleh berupa uang yang banyak dan barang yang bagus, sehingga membuat banyak masyarakat perdesaan dan kota-kota kecil semakin tertarik untuk hijrah ke kota-kota besar.
Ada beberapa dampak yang ditimbulkan akibat perpindahan penduduk ke kota-kota besar yang diantaranya adalah pertumbuhan jumlah kendaraan yang sangat cepat (yang diakibatkan oleh semakin bertambahnya jumlah penduduk di kota-kota besar) dan lambatnya pertambahan infrastruktur jalan dan kendaraan umum, membuat arus lalu lintas semakin padat. Terutama ketika masyarakat mulai berangkat kerja dan sekolah pada saat pagi hari dan saat pulang dari aktivitas tersebut ketika sore dan malam hari. Derasnya arus perpindahan penduduk yang tak diimbangi dengan kemampuan kota besar  dalam menyediakan lapangan pekerjaan formal serta keahlian para pendatang itu sendiri, membuat sebagian pendatang cukup kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang layak. Sehingga sebagian dari mereka menganggur dan yang lainnya hanya bisa memperoleh pekerjaan nonformal dengan penghasilan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Seperti tukang becak, pembantu rumah tangga, pedagang asongan, pedagang kaki lima, pengemis, pengamen, pemulung, gelandangan, dan lain-lain. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang melakukan tindak kriminal yang meresahkan masyarakat. Seperti pencopetan, pencurian, dan perampokan.
Selain dampak negatif ada juga dampak positif yang ditimbulkan akibat perpindahan penduduk ke kota-kota besar yaitu mengubah cara berpikir masyarakat. Yang mana masyarakat pedesaan dalam bertingkah laku dan mengambil tindakan selama ini, biasanya lebih didasarkan pada nilai dan norma yang berlaku di pedesaan. Masyarakat pedesaan yang merantau ke kota-kota besar, dalam mengambil tindakan dan bertingkah laku, akan lebih banyak didasarkan pada rasio (logika). Masyarakat yang merantau ke kota-kota besar masing-masing membawa berbagai macam kebudayaan. Termasuk kuliner maupun cinderamata khasnya. Apabila para perantau di kota besar tersebut menjual kuliner dan cinderamata khas daerah asalnya, bukan tidak mungkin masyarakat luas akan semakin mengenal daerah tersebut.
Ada beberapa solusi yang bias diterapkan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh perpindahan penduduk. Program pemberdayaan masyarakat desa juga termasuk salah satu upaya untuk mengurangi laju urbanisasi. Program tersebut sesungguhnya telah dilakukan oleh pemerintah saat ini, salah satu contohnya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan). PNPM Mandiri Perdesaan diresmikan pada tahun 2007 dan menjadi program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Sasaran dari program tersebut adalah masyarakat miskin di pedesaan. Pembiayaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan dana pinjaman/hibah dari luar negeri. Dampak dari adanya program pemberdayaan masyarakat desa antara lain: kesempatan usaha dan lapangan pekerjaan di perdesaan semakin luas; belanja rumah tangga di perdesaan semakin meningkat; akses menuju ke kota, pusat pelayanan jasa, dan sumber air bersih semakin mudah; serta kaum perempuan semakin berdaya sehingga laju perpindahan penduduk bisa ditekan.

Sumber :

·         https://id.wikipedia.org/wiki/Demografi_Indonesia. Diakses : 13 Oktober 2015

·         https://id.wikipedia.org/wiki/Urbanisasi. Diakses : 13 Oktober 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar